Rasa Iri dan Cemburu

Hai apa kabar sobat puteriputeri.com, kali ini Puteri ingin membahas serta mengulas tentang perasaan iri dan cemburu yang biasanya ‘menyerang’ tanpa permisi di hati seseorang.
Banyak orang mengira cemburu dan iri menggambarkan respon emosional yang sama, berupa perasaan umum kebencian yang dirasakan terhadap saingan atau orang yang dianggap sebagai saingan.
Sementara kedua perasaan emosi ini, yakni iri dan cemburu cenderung tumpang tindih dalam beberapa hal, ada beberapa perbedaan mendasar antara keduanya.
Cemburu, misalnya, hampir secara eksklusif berupa emosi negatif. Cemburu merupakan hasil dari ‘lingkaran yang belum lengkap’ dari proses pengembangan diri seseorang.
Akar cemburu ini karena kepercayaan diri yang belum terbangun sehingga tidak bisa seimbang dalam menerima diri sendiri. Hasilnya cemburu pada seseorang karena perasaan tak percaya diri, lemah diri dan takut akan adanya penolakan dari orang lain terhadap keberadaan diri sendiri.
Sedangkan iri hati jika mampu dikendalikan, bisa memiliki beberapa efek positif, seperti minat baru dalam perbaikan diri.
Namun bila iri menjadi meraja di hati, serta tak terkendali lagi pada diri seseorang, maka hasilnya bisa sangat merusak, bahkan fatal.
Seorang sahabat yang iri, bisa berkembang pada kedengkian yang mengendap, mendalam, dan bahkan dalam beberapa kasus tertentu sampai mengakibatkan seseorang tega membunuh sahabatnya sendiri, misal dengan racun.
Salah satu perbedaan antara rasa cemburu dan iri melibatkan hubungan antara orang yang cemburu atau iri pada orang yang dianggap saingannya, biasanya secara diam-diam.
Seorang rekan kerja yang iri, dapat mengembangkan kebencian pribadi menuju perasaan dengki, misalnya dipicu karena posisi berupa gaji yang lebih tinggi dan tanggung jawab lebih.
Sumber sejati iri ini adalah rasa yang dimulai dengan rasa tak berdaya, sekaligus kemarahan karena sebuah nikmat atau pencapaian yang dicapai oleh orang lain, bisa rekan kerja.
Jika rasa Iri bisa dikendalikan dalam diri, maka hasilnya bahkan bisa berupa perbaikan diri.
Namun iri yang tak terkendali bisa berkembang menjadi dengki, dan kita tahu kedengkian bisa sangat merusak. Merusak diri sendiri terutama pada orang yang didengki.
Rasa iri yang terkendali misal pada rekan kerja, sahabat, atau teman, mungkin disebabkan karena keterampilan atau pendidikan, dan awalnya orang yang iri mungkin menjadi marah pada dirinya sendiri karena tidak memiliki kualitas-kualitas seperti rekan kerjanya.
Bila iri dapat dikendalikan dan disalurkan menjadi hal positif berupa perbaikan diri, maka hasilnya bisa berupa motivasi diri.
Namun rasa Iri yang tak terkendali bisa ‘mengkonsumsi’ jiwa orang tersebut, bisa menjadi kedengkian yang mengendap,  dan… hasilnya bisa jadi seperti kisah seseorang yang tega meracun sahabatnya sendiri di sebuah cafe.  Ini adalah bentuk penyimpangan jiwa, kedengkian jiwa yang dingin, senyap dan kejam.
Cemburu, di sisi lain, berfokus pada rasa kecewa. Biasanya cemburu merupakan hal yang lebih pribadi atau personal. Karena persaingan ini bersifat pribadi, target kebencian dan kemarahan orang cemburu itu belum tentu pasangan romantis yang tak terjangkau, tetapi bisa jadi saingan yang lebih atraktif yang sekarang berdiri di antara mereka.
Perbedaan lain antara cemburu dan iri hati adalah kedalaman emosi. Envy atau Iri bisa memicu sekaligus akar dari tindak pidana seperti pencurian atau penipuan.
Tindak pidana ini berasal dari iri irasional tentang orang-orang yang dia anggap lebih beruntung dalam hidupnya, sehingga pencurian properti korban -entah bagaimana- dalam benak orang yang iri, dirinya merasa telah melampiaskan guna menyeimbangkan timbangan keadilan. Tentu saja perasaan ini juga tidak seimbang dan harus dikenali, sehingga bisa dikendalikan.
Dalam bentuk dasar, emosi iri ini merupakan keinginan irasional untuk kepuasan materi terhadap orang-orang yang memilikinya.
Cemburu, bagaimanapun, sebagian besar difokuskan pada karakter yang dirasakan dari rival dirinya sendiri.
Ini bukan berarti bahwa saingan lebih menarik berhasil “mencuri” pasangan romantis potensial. Namun hal itu adalah rasa ketidakadilan pada saingan yang tidak layak, sehingga dapat menggunakan keterampilan nya untuk mengambil apa yang menjadi hak milik orang yang cemburu.
Perasaan ini sering pergi lebih dalam daripada iri, dan dapat menyebabkan konfrontasi fisik dengan tindakan saingan atau bahkan pidana kekerasan.
Namun jika tak terkendali lagi, perasaan cemburu dan iri hampir selalu negatif, karena orang cemburu dan iri dapat terus membangun kebencian terhadap saingannya, sampai situasi menjadi tidak bisa dipertahankan atau merusak.
Banyak kasus hanya dapat diredakan jika setidaknya salah satu sisi segitiga mengalah keluar dari pertikaian kecemburuan.
Contoh : jika terjadi cinta segitiga, jika seseorang pasangan mulai berkencan dengan pihak ketiga, maka salah satu subyek atau orang yang tadinya cemburu itu, misalnya, harus menarik diri agar ketegangan antara rival berkurang jauh.
Tanpa titik fokus untuk membakar emosi cemburu, maka orang yang cemburu umumnya kehilangan bahan bakar mereka, karena salah satu sisi segitiga itu menarik diri.
Envy atau Iri yang dapat dikendalikan di sisi lain, dapat benar-benar memiliki beberapa manfaat positif. Orang iri dapat termotivasi untuk mengambil langkah yang diperlukan untuk mencapai apa yang sudah dicapai saingannya.
Alih-alih mengembangkan perasaan irasional kebencian terhadap sukses rekan kerja, misalnya, orang yang iri mungkin mengejar jalur pendidikan yang sama dengan saingannya atau mengambil langkah-langkah lain untuk meningkatkan peluangnya sendiri untuk promosi serupa.
Menyelesaikan perasaan Iri memerlukan sikap penyesuaian pada satu fase awal emosi iri.
Jadi kendalikan perasan iri, dan menarik diri dari rasa cemburu yang membelenggu. (Puteri)
 
sumber : http://puteriputeri.com/2016/08/tentang-rasa-iri-dan-cemburu/