Sebagian
umat Islam sukar untuk mengerti bahwa bendera Rasulullah saw terdiri
dari dua unsur warna Merah Putih. Hal ini terjadi sebagai akibat adanya
sistem deislamisasi dalam penulisan Sejarah Indonesia.
Dampaknya dikisahkan Merah Putih bukan warna bendera Rasulullah saw.
Penulisan yang demikian itu untuk mendiskreditkan umat Islam. Padahal
Sang Saka Merah Putih berasal dari bendera Rasulullah saw yang
dikembangkan oleh umat Islam Indonesia, sejak abad ke-7 hingga menjadi
milik bangsa dan negara Indonesia. Tentu sukar memahaminya.
Baiklah di sini kita kaji kembali penuturan Imam Muslim dalam Shahihnya
Kitab al Fitan, Jilid X, hlm. 340, dari Hamisy Qasthalani yang
memperoleh beritanya dari Zubair bin Harb, Ishaq bin Ibrahim, Muhammad
bin Mutsanna, Ibnu Basyayar, Mu’adz bin Hisyam, Qatadah , Abu Qalabh,
Abu Asma’ Ar Rahabiy, Tsauban bahwa Rasulullah saw bersabda:
Innallaha zawalliyal ardha - Sesungguhnya Allah memperlihatkan dunia
kepadaku Masyariqahaa wa magharibahaa. - Aku ditunjukkan pula timur dan
baratnya. Wa a’thoniil kanzaini: Dan aku dianugrahi warna yang indah Al
Ahmar wal Abyadh Merah Putih.
Tentu umat Islam Indonesia mengenal ajaran Merah Putih tersebut, sejak
awal masuknya agama Islam ke nusantara pada abad ke-7M. Sejak itu pula
umat Islam akrab sekali dengan warna merah. Tidak tabu terhadap warna
merah seperti sekarang ini. Karena Islam juga mengajarkan bahwa istri
Nabi dari Nabi Adam as hingga Rasulullah saw disebut merah. Misalnya
Siti Hawa ra artinya Merah. Menurut Ismail Haqqi Al Buruswi dalam Tafsir
Ruhul Bayan, menjelaskan bahwa Hawa sama dengan Hautun artinya Merah.
Dan Siti Aisyah ra sering dipanggil oleh Rasulullah saw dengan Humairoh
artinya juga Merah.
Oleh karena itu, para ulama pendahulu di Indonesia, dalam membudayakan
dan mengabadikan warna Merah Putih, antara lain melalui enam upacara:
(1) Setiap pembangunan rumah, pada kerangka atap suhunan dikibarkan
Merah Putih, Dengan harapan memperoleh syafaat dari Rasulullah saw.
(2) Pada setiap Tahun Baru Islam atauTahun Hijriah diperingati dengan membuat Bubur Merah Putih.
(3) Pada saat pemberian nama anak, juga dengan disertai pembuatan Bubur Merah Putih. Mengapa?
Bubur Merah Putih, saat bayi dilahirkan sebagai lambang darah ibu (QS
96:2). Selama 9 bulan 10 hari dalam rahim, bayi mengonsumsi darah ibu
Merah warnanya Setelah lahir masih tetap membutuhkan darah ibu, Asi( air
susu ibu), selama 20 bulan 20 hari. Warnanya Putih. Dengan demikian,
seorang anak bayi membutuhkan darah ibu yang berwarna Merah dan Putih
selama 30 bulan (QS 46: 15).
Apakah terkait dengan pengertian di atas ini pula, maka plafon Ka’bah berwar na Merah, dan Lantai Ka’bah berwarna Putih.
(4) Dalam pengucapan kata pengantar disebutnya dengan lambang Sekapur
Sirih dan Seulas Pinang. Kapur dan sirih akan menghasilkan warna merah.
Dan pinang yang diiris akan menampakkan warna putih. Jadi kata Sekapur
Sirih dan Seulas Pinang bermakna Merah Putih. Di masyarakat Islam Minang
akrab dengan warna Merah. Demikian pula busana kebesarannya dan busana
penarinya menam pilkan warna Merah atau warna emas.
(5) Di kalangan masyarakat Islam Sunda menyatakan rasa gembira dan
syukur, dengan bahasa simbol seperti kagunturan madu -memperoleh madu
dan karagragan menyan putih -kejatuhan menyan putih. Madu sebagai
lambang merah. Dan menyan putih, jelas simbol warna putih yang harum.
Jadi, makna kedua hal tersebut adalah Merah Putih. Dan sebaliknya untuk
melambangkan jiwa yang serakah terhadap materi atau uang, maka
disebutnya bermata hijau.
(6) Para Walilullah menuliskan Alquran, pada penulisan Allah dan Asma
Pengganti-Nya, dengan warna merah di atas lembar kertas yang putih warna
nya.
========================================================
Dari Sumber Yang Lain
========================================================
Warna merah dan putih merupakan satu simbolisasi warna yang
diinformasikan dalam sejarah Islam. Sebuah hadits yang diriwayatkan Imam
Bukhari, Abu Daud, dan Tirmidzi tentang busana perang Rasullah SAW
seperti yang dilihat salah seorang sahabat A-Barra r.a. berbunyi :
sungguh kusaksikan Rasulullah SAW berbusana hullatun merah warnanya. Dan
aku belum pernah melihat busana flasulullah saw yang seindah itu.
Hullatunadalah sejenis baju rangkap dua. Selain itu, sarung pedang
Panglima Perang kaum Muslimin Khalid binWalid r.a. juga berwarna merah.
Ada sejarah panjang mengenai Merah Putih, warna bendera nasional
Indonesia. Ada yang meyakini jika kedua warna tersebut berasal dari
warna bendera Rasulullah SAW, namun ada juga yang menyatakan sejarahnya
lebih tua lagi. Kedua asumsi tersebut memang benar adanya. Sejak abad
pertama masehi, di pesisir utara Jawa Barat terdapat Krajan Salakanagara
yang menganut keyakinan lokal sama sekali bukan Hindu atau Budha.
Krajan (Kerajaan) yang telah berdiri enam abad sebelum . kedatangan
Islam di Jazirah Arab ini diyakini merupakan kerajaan pertama di
Nusantara.
Jauh sebelum era Salakanagara, para penduduk di Nusantara dan juga
pulau-pulau di sekitarnya yang berasal dari orang-orang Austronesia,
yang datang sekitar 6.000 tahun silam, dipercaya telah memiliki
kepercayaan religi terhadap alam semesta. Salah satu ritualnya adalah
penghormatan terhadap Matahari dan Bulan. Dalam bahasa sanskrit yang
merupakan salah satu bahasa tertua di kepulauan ini, Matahari (Atlittga)
dilambangkan dengan warna merah, sedangkan Bulan (Chandra) dilambangkan
berwarna putih. Keyakinan ini dipegang oleh orang-orang yang berdiam di
Kepulauan Austronesia yang berada di Samudera Hindia dan juga Pasific.
Orang-orang Austronesia kemudian berasimilasi dengan para pendatang baru
yang datang dari utara, Asia Tenggara, sekira 2.000 tahun setelahnya.
Keturunan merekalah yang kini menjadi suku ash Nusantara yang kits
kenal. Nenek moyang kita ini hidup bersama alam. Mereka percaya jika
kehidupan ini berasal dad dua zat utama yang ada di dalam diri
manusia-hewan dan jugs tanaman: getih dan getab. Geld) adalah darah,
benvarna merah, dan Getah adalah `darah tanaman, berwarna putih.
Saat Islam menyinari Nusantara di awal abad ke-7 M, simbolisasi merah
dan putih dalam bentuk benders mulai dikenal masyarakat. Ini ditegaskan
berulang-ulang oleh sejarawan Mansyur Suryanegara di dalam banyak
tulisannya. Mansyur merujuk pada sebuah hadits shohih yang diriwayatkan
Imam Muslim dalam Kitab Al-Fitan Jilid X, halaman 340 dari Hamisy
Qastalani. Di situ tertulis, Imam Muslim berkata: Zuhair bin Harb
bercerita kepadaku, demikian juga Ishaq bin Ibrahim, Muhammad bin
Mutsanna din Ibnu Bagyar. Ishaq bercerita kepada kami. Orang-orang lain
berkata: Muaelz bin Hisyam bercerita kepada kami, ayah saya bercerita
kepadaku, dad Oatadah dari Abu Qalabah, dari Abu Asma Ar-Rahabiy,
dwiTsauban,Nabi SAW berrabda, Sent:1,0,6ga Allah memperlihatkan kepadaku
bumi, timur dan baratnya. Dan Allah melimpahkan dua perbendaharaan
kepadaku, yaitu merah dan putih.
Warna Merah dan Putih merupakan satu simbolisasi warna yang
diinformasikan dalam sejarah Islam. Sebuah hadits yang diriwayatkan Imam
Bukhari, Abu Daud, dan Tirmidzi tentang busana perang Rasulullah SAW
seperti yang dilihat salah seorang sahabat A-Barra r.a. berbunyi:
Sungguh kusaksikan Rasulullah SAW berbusana hullatun merah warnanya. Dan
aku belum pernah melihat busana Rasulullah saw yang seindah itu.
Hullatun adalah sejenis baju rangkap dua. Selain itu, sarung pedang
Panglima Perang kaum Muslimin Khalid bin Walid r.a. juga berwarna merah.
Simbolisasi merah-putih ini oleh para ulama terdahulu dilebur ke dalam
tradisi lokal dalam berbagai upacara dan peristiwa penning, di antaranya
alam setiap pembangunan rumah atau bangunan besar, bendera merah-putih
dikibarkan di bagian paling atas proyek, dengan harapan proyek tersebut
mendapatkan syafaat dari Rasulullah SAWBubur merah dan putih dibuat dan
dibagikan ke para tetangga sekitar di.scat pemberian nama jabang bayi.
Ini melambangkan jika saat dilahirkan, bayi diiringi darah sang bunda
yang berwarna merah (QS. 96:2), dan selama di dalam rahim, 9 bulan 10
hari, bayi bisa hidup dengan asupan gizi dari darah merah sang .ibu.
Setelah lahir pun, sang bayi selama lebih kurang 20 bulan 20 hari (atau
sekarang dianjurkan selama 24 bulan penuh) memerlukan darah merah sang
ibu dalam rupa ASI. Jadi, seorang jabang bayi membutuhkan darah ibu yang
berwarna Merah dan Putih selanaa 30 bulan (QS 46: 15).Bubur merah dan
putih juga biasa dibuat untuk memperingati Tahun Baru Hijriyah.Salah
satu tradisi masyarakat Sunda adalah dengan mengungkapkan rasa syukur
dengan bahasa simbol Kagunturan Madu Karagragan Menyan (Diberi madu dan
kejatuhan menyan putih). Madu adalah lambang merah dan menyan putih
adalah berbau harum.Juga merupakan sebuah kebiasaan jika para ulama
terdahulu di dalam menuliskan Al-Quran, menulis asma Allah dan asma
Pengganti-Nya dengan tinta merah di atas kertas yang putih.
Simbolisasi merah-putih ternyata juga dimuat di dalam ornamen Candi
Borobudur, yang dibangun pada tahun 824 M saat Islam sudah bersinar di
Tanah Jawa. Di salah satu dindingnya terdapat pataka di atas lukisan
dengan tiga orang pengawal membawa panji merah putih yang berkibar. Pada
Candi Prambanan di Jawa Tengah juga terdapat lukisan Hanoman terbakar
ekornya yang melambangkan warna merah (api) dan warns putih pada bulu
badannya.
Pada tahun 1222, sekira setengah abad setelah Shalahuddin al-Ayyubi
membebaskan Yerusalem dan Islam telah bersinar di Nusantara selama Erna
abad lebih, berdirilah Kerajaan Singosari setelah Kerajaan Kediri
mengalami kemunduran. Raja Jayakatwang dan Kediri saat berperang melawan
Raja Kertanegara dari Kerajaan Singosari di tahun 1292 sudah
menggunakan benders merah putih. Ini terjadi saat Gajah Mada belum
lahir. Jadi, kebesaran Islam di Nusantara telah ada lebih dahulu
ketimbang Majapahit, sesuatu yang oleh rezim Orde Baru diselewengkan
selama ini.
========================================================
Dari Sumber Yang Lain
========================================================
Memasuki bulan Agustus, bendera merah putih semarak menghiasi langit
nusantara menghormati proklamasi Soekarno-Hatta. Hal demikian sudah
rutin selama puluhan tahun, sehingga tidak ada kebanggaan yang lebih.
Lain misalnya jika merah putih berkibar di ajang piala dunia FIFA World
Cup. Dijamin langit nusantara akan semarak dengan merah putih, tanpa
harus menunggu bulan Agustus. Tidak ada yang perlu disesali, zaman telah
berubah.
Yang patut disesali adalah bahwa merah-putih oleh sebagian masyarakat
masih ditafsirkan sebagai reinkarnasi simbol-simbol Jawa. Memang
Muhammad Yamin menuliskan merah putih (gula kelapa) merupakan bendera
kerajaan Majapahit yang beribu kota di Trowulan Jawa Timur, dan pernah
pula dipakai oleh Kerajaan Mataram di Jawa Tengah. Kombinasi merah putih
dipelihara oleh tradisi Jawa, misalnya dalam upacara selamatan yang
menggunakan jenang abang putih (bubur merah putih). Atau dalam pembuatan
rumah di kampung-kampung di Jawa masih mensyaratkan adanya kain merah
putih yang dibalutkan pada blandar, kayu yang digunakan untuk penyangga
kuda kuda atap rumah. Stigma Jawa masih bisa diperpanjang jika kita
lihat misalnya pada Candi Borobudur (dibangun tahun 824 Masehi) yang
pada dindingnya menampilkan tiga orang perwira yang mengibarkan pataka
atau bendera. Gambar pataka tersebut menurut seorang pelukis
berkebangsaan Jerman dilukiskan dengan warna merah putih.
Agama Hindu yang mendominasi Nusantara lama (dan Bali saat ini) juga
memberi penghormatan yang tinggi pada merah putih dan burung garuda.
Dalam alam pikiran masa Hindu, bangsa Indonesia berpegang pada nilai
filosofis atau makna garuda sebagai salah satu aspek kemahakuasaan Tuhan
Yang Maha Esa sebagai burung merah putih (sveta-rakta-khagah) yang
mempunyai misi untuk membebaskan umat manusia dari belenggu perbudakan
atau penjajahan, baik penjajahan jasmani maupun belenggu dunia material
yang menyesatkan.
Muhammad Yamin tentu saja tidak setuju jika merah putih merupakan warna
tipikal Jawa atau mewakili agama tertentu. Yamin menegaskan bahwa
Kerajaan Sriwijaya di Sumatera yang Budhis juga menggunakan warna ini.
Tradisi orang Papua juga menghormati merah putih, misalnya dengan pepeda
(campuran sagu putih dengan buah soradi berwarna merah). Dalam bukunya
yang terkenal,6000 Tahun Sang Merah Putih (terbit tahun 1951), Yamin
menegaskan bahwa usia sang merah putih telah mencapai 6000 tahun, jauh
sebelum kebudayaan Jawa terdefinisikan dan sebelum Hindu mendominasi
Nusantara.
Menurut Yamin, sekitar 6000 tahun yang lalu terjadi perpindahan
orang-orang Austronesia ke Nusantara Indonesia melalui semenanjung
Malaya dan Philipina. Pada zaman itu manusia memiliki cara penghormatan
atau pemujaan terhadap matahari dan bulan. Matahari dianggap sebagai
lambang warna merah dan bulan sebagai lambang warna putih. Sehingga
zaman itu disebut pula zaman aditya candra. Aditya berarti matahari,
candra berarti bulan. Penghormatan terhadap merah putih seusia migrasi
orang-orang yang kelak di sebut bangsa Indonesia 6000 tahun yang lalu.
Sama sekali tidak ada hubungannya dengan suku atau agama tertentu.
Bendera Islam dan Bendera Rasulullah SAW
Kombinasi bulan sabit dan bintang telah identik dengan dunia Islam,
sejajar dengan salib di dunia Kristen, bintang David pada Yahudi,
mandala Budhisme. Tercatat ada sepuluh negara yang mayoritas berpenduduk
muslim menggunakan bendera bulan sabit dan bintang (atau bulan sabit
saja) antara lain Turki, Komoro, Tunisia, Aljazair, Mauritania,
Maladewa, Pakistan, Malaysia, Turkmenistan dan Uzbekistan.
Cukup unik bendera Singapura, merah putih yang berhiaskan bulan bintang.
Padahal kita tahu Singapura bukan negara berpenduduk mayoritas Islam
apalagi negara Islam. Penggunaan merah putih kemungkinan merupakan
kesadaran orang Singapura yang dahulu bernama Tumasik, salah satu vasal
imperium Majapahit. Tokoh Melayu Malaysia Ibrahim Yacob pernah
bercita-cita mendirikan Indonesia Raya (gabungan Indonesia dan Malaysia,
termasuk Singapura) dengan bendera kebangsaan merah putih. Presiden
Sukarno sangat mendukung ide tersebut. Tetapi penyatuan tersebut gagal
karena Kesultanan di Malaysia lebih suka Malaysia menjadi negara
persemakmuran Inggris dari pada bergabung dengan Indonesia. Kini,
Malaysia masih menggunakan bulan dan bintang tetapi melepas merah putih.
Yang mengejutkan justru negara negara di jazirah Arab tidak menggunakan
bulan sabit dan bintang sebagai bendera atau lambang negara. Sebut saja
Saudi Arabia, berbendera warna dasar hijau dengan tulisan arab dua
kalimah syahadat dengan kombinasi pedang zulfikar di bawah. Penggunaan
warna dasar hijau juga mengejutkan karena menurut beberapa hadits,
Rasulullah SAW mengibarkan panji berwarna hitam dengan bendera berwarna
putih. Warna hijau ini tidak lepas dari paham wahabisme yang menjadi
ideologi Dinasti Al-Saud yang mendirikan Kerajaan Saudi Arabia setelah
berakhirnya perang dunia kedua. Sejak itu warna hijau juga diasosiasikan
dengan islam bersama-sama dengan bulan bintang. Di Indonesia partai
politik dan organisasi massa yang berazaskan atau bernafaskan islam juga
ikut-ikutan menggunakan warna dasar hijau. Karpet masjid juga sering
berwarna hijau.
Bendera atau simbol bulan sabit dan bintang berkembang pesat sebagai
ciri khas dunia Islam saat Turki Ustmaniyah sebagai Khilafah Islam
terakhir menggunakannya sebagai bendera Kekhalifahan. Kesultanan Aceh
merupakan entitas politik yang mempunyai hubungan khusus dengan Turki
Ustmaniyah. Pada abad ke-16 Sultan Aceh Alauddin Riayat Syah mengirim
Duta Besar Husain Effendi ke Istanbul meminta bantuan pasukan untuk
memerangi Portugis yang hendak menyerang Aceh, dengan imbalan Aceh
mengakui Turki sebagai khilafah dunia islam. Sultan Turki, Selim II
mengabulkan permintaan tersebut dengan mengirimkan Armada Suez yang
dipimpin Laksamana Kurtoglu Hizir Reis. Dengan bantuan Turki Aceh
terlepas dari penjajahan Portugis. Saat rekonstruksi Aceh pasca Tsunami,
Turki memberi bantuan yang besar, salah satunya gedung ACC (Aceh
Comunity Center) Sultan Selim II dengan prasasti yang mengingatkan
peristiwa abad ke-16 itu. Karena hubungan yang istimewa ini Kesultanan
Aceh mendapat hadiah bendera merah bulan bintang dari Ustmaniyah.
Bendera ini dipelihara selama berabad-abad oleh bangsa Aceh. Bendera
warisan Turki tersebut lalu dimodifikasi oleh Hasan Tiro menjadi bendera
GAM (Gerakan Aceh Merdeka), berwarna dasar merah dengan dua strip
hitam/putih horisontal dengan lambang bulan sabit dan bintang. Lambang
yang mirip pernah juga digunakan oleh DI/TII. Apakah memang bulan
bintang merupakan simbol otentik islam?
Bukti-bukti menunjukkan bahwa lambang bulan sabit dan bintang telah lama
digunakan sebelum masa Islam. Masyarakat Yunani yang mendirikan kota
Byzantium sejak 670 SM menggunakan lambang tersebut dalam kaitannya
dengan penyembahan Artemis, Dewi Bulan dan perburuan. Byzantium jatuh ke
tangan Romawi pada abad ke-2 SM. Ketika Kaisar Konstantine I berkuasa
(306-337 M) ia mengadakan perubahan penting, Byzantium menjadi
Konstatinople, lambang bulan sabit ditambah dengan bintang yang
melambangkan Bunda Maria, Ibunda Yesus. Sejak itu bulan sabit dan
bintang menjadi simbol Konstantinople, ibukota Romawi Timur.
Konstantinople jatuh ke tangan Turki Ustmaniyah pada tahun 1453 M. Turki
begitu bangga dengan penaklukan itu, sehingga simbol bulan sabit dan
bintang digunakan oleh berbagai laskar Ustmaniyah. Selanjutnya, bulan
sabit dan bintang bahkan menjadi bendera Turki Ustmaniyah.
Imperium Persia juga menggunakan bulan sabit dan bintang. Bahkan lambang
tersebut tercantum pada mata uang yang dikeluarkan oleh Khosrau II.
Dialah Kisra yang merobek-robek surat Rasulullah SAW. Dengan kenyataan
sejarah seperti itu masihkah kita menganggap bulan bintang sebagai
simbol otentik islam?
Akhir akhir ini muncul organisasi yang mengusung ide khilafah, seperti
Hizbut Tahrir, yang menggunakan panji warna hitam dengan tulisan dua
kalimah syahadat dan bendera warna putih dengan tulisan sama. Hizbut
Tahrir menegaskan itulah panji dan bendera Rasulullah sesuai riwayat
beberapa hadits. Walau telah ada pendapat yang menyatakan bahwa panji
berwarna dasar hitam sesungguhnya merupakan panji Bani Abasiyah yang
sudah ada sebelum islam. Sedangkan warna putih boleh jadi merupakan
warna universal yang bermakna kesucian atau perdamaian. Perlu diingat
bahwa saat Rasulullah menaklukan Mekah dengan damai (futuh Mekah),
bendera putih itulah yang dikibarkan oleh kaum muslimin pengikut
Rasulullah.
Lain lagi pendapat sejarawan Ahmad Mansur Suryanegara. Menurutnya Sang
Saka Merah Putih merupakan sumbangan dari ulama Indonesia. Para ulama
berjuang untuk mengenalkan Sang Saka Merah Putih adalah bendera
Rasulullah SAW dengan mengajarkannya kembali sejak abad ke-7 M atau abad
ke-1 H, bersamaan dengan masuknya agama islam ke Nusantara. Kemudian,
Sang Saka Merah Putih dibudayakan dengan berbagai sarana : pertama, pada
setiap pembicaraan atau pengantar buku diucapkan atau dituliskan
sekapur sirih dan seulas pinang. Tidakkah kapur dengan sirih akan
melahirkan warna merah dan apabila buang pinang diiris akan terlihat di
dalamnya berwarna putih? Kedua, budaya menyambut kelahiran dan pemberian
nama bayi, serta tahun baru islam dirayakan dengan menyajikan bubur
merah putih. Ketiga, pada saat membangun rumah, di suhunan atas
dikibarkan Sang Merah Putih. Keempat, setiap hari Jumat, mimbar di
Masjid Agung atau Masjid Raya dihiasi dengan bendera merah putih. Warna
ini sengaja dibaurkan dengan adat kebiasaan agar lestari dan dapat
diterima oleh semua golongan.
Tentang merah putih merupakan bendera Rasulullah SAW, Ahmad Mansur
Suryanegara menukilkan hadits yang diriwayatkan Imam Muslim dalam Kitab
Al Fitan, Jilid X, halaman 340, dari Qasthalani (pengalih bahasa
Drs.Muhammad Zuhri tahun 1982), sebagai berikut : Rasulullah SAW
bersabda Innallaha zawaliyal ardha, masyaariqaha wa maghariba ha wa
athanil kanzaini Al-Ahmar wal Abjadh (artinya Allah menunjukkan kepadaku
dunia, menunjukkan pula timur dan barat, menganugerahkan dua kazanah
kepadaku Merah-Putih.
Lebih jauh Ahmad Mansur Suryanegara menerangkan bahwa warna merah
digunakan untuk memanggil nama-nama istri para Nabi. Adam as memanggil
istrinya Siti Hawa ra yang artinya hautun atau merah. Rasulullah SAW
memanggil Siti Aisyah ra dengan humairah yang artinya merah. Demikian
pula dalam penulisan Al-Quran, huruf Alloh dan kata gantinya dituliskan
atau dicetak dengan warna merah. Busana Rasulullah SAW yang indah juga
berwarna merah. Busana warna putih juga dikenakan beliau. Sarung pedang
Rasulullah SAW dan Sayidina Ali pun berwarna merah. Sementara sarung
pedang Khalid bin Walid berwarna merah putih. Warna merah putih adalah
lambang kehidupan. Merah merepresentasikan darah, putih
merepresentasikan air susu ibu. Oleh karena itu kelahiran bayi disertai
dengan pembuatan bubur merah putih.
Tidak jelas teori siapa yang lebih unggul, Yamin atau Mansur
Suryanegara. Kalau kita perhatikan genre tulisan Yamin memang ada kesan
bahwa beliau alergi dengan nasionalisme Islam, sehingga ide-ide yang
terkait dengan Islam dikesampingkan. Sebaliknya Mansur Suryanegara
menuduh bahwa sejarawan Indonesia, termasuk Yamin, justru mengikuti
tradisi berpikir Belanda yang terlalu mengagungkan kejayaan Nusantara
lama tanpa mampu melihat kontribusi peradaban Islam (Api Sejarah,
Salamadani, 2009). Dari sisi ini Penulis melihat bahwa Mansur
Suryanegara mengajak bangsa Indonesia untuk melihat sejarah secara lebih
adil. Bukan tidak mungkin bahwa merah putih adalah warna Islami,
bendera Rasulullah SAW yang tertimbun oleh adat kebiasaan masyarakat
Indonesia.
Sang Saka Merah Putih telah berusia 65 tahun sejak ditetapkan dalam
konstitusi 1945 sebagai bendera negara. Sebagai bendera kebangsaan ia
telah diterima sejak sumpah pemuda 1928. Tetapi sebagai bagian dari
sejarah manusia nusantara, merah putih telah dihormati seiring dengan
migrasi ras Austronesia 6000 tahun yang lalu. Merah putih adalah bendera
Rasulullah SAW yang dilebur oleh ulama dalam adat kebiasaan masyarakat
nusantara agar lestari dan diterima oleh seluruh golongan. Sebaliknya
bulan bintang yang secara turun temurun kita anggap sebagai simbol islam
justru berasal dari budaya lain.
Kita peringati kelahiran Indonesia, kita peringati pula kibaran pertama
merah putih di Pegangsaan Timur Nomor 56 Jakarta. Dirgahayu Indonesiaku.
sumbehttp://bongkarhti.blogdetik.com/2011/08/14/merah-putih-bendera-rosullulloh-sawr :